Saya teringat waktu melewati masa kecil di Bantul, kampung tempat aku lahir dan di besarkan. Jikalau hujan datang, ada luapan rasa yang membahagiakan. Hujan, menjadi saat yang menyenangkan,dimana saya dapat ngobrol dengan bapak dan ibu di balai-balai bambu buatan bapak sambil makan jagung rebus,atau nongkrong di depan tungku untuk membakar jagung, atau sekadar duduk rapat-rapat di samping mereka. Hujan juga menginspirasikan hal-hal menyenangkan; membayangkan bermain, berlarian, mandi hujan di bawah pancuran talang depan rumah,bermain ciprat-cipratan air bersama teman-teman di halaman rumah.
Sungguh…hujan menjadi sesuatu yang selalu dirindukan kehadirannya.
Itu dulu… Bulan kemarin, hujan turun di Jakarta. Tak ada luapan rasa gembira, justru rasa was-was, khawatir, hujan (lagi-lagi) akan bikin banjir. Kekhawatiran—yang saya yakin-–jadi kekhawatiran sebagian besar warga ibu kota. Di banyak bagian di wilayah Jakarta dan sekitarnya, air merendam jalan-jalan dan permukiman, setelah hujan mengguyur. Air yang menggenang itu tentu saja menyusahkan dan mengganggu kehidupan masyarakat.Bahkan menyebabkan warga harus meninggalkan rumah mereka untuk mengungsi ke tempat-tempat yang lebih tinggi,dan harus tinggal di tempat pengungsian yang tidak nyaman untuk beberapa hari sambil menunggu air surut.
Para pekerja terpaksa bersusah payah mencapai tempat kerja karena jalanan atau bahkan rumah mereka terendam banjir. Anak-anak terkendala berangkat ke sekolah. Pedagang pun jadi sulit mencari nafkah. Hujan sebenarnya merupakan salah satu fenomena alam yang sangat biasa. Sama seperti matahari bersinar, tanaman tumbuh, hewan berkembang biak.
Mengutip Wikipedia, hujan merupakan satu bentuk presipitasi, atau turunan cairan dari angkasa, seperti salju, hujan es, embun dan kabut. Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Hujan memainkan peranan penting dalam kitaran hydrologik, di mana kelembaban dari laut menguap, bertukar menjadi awan, terkumpul menjadi awan, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula.
Namun, hujan kini jadi sesuatu yang menakutkan. Siapa warga Jakarta yang kini bahagia bila hujan turun?? Bagi kaum muda juga menjadi hambatan untuk pergi menemui sang kekasih.
Tetapi hujan tetap harus turun,walaupun banyak orang tak mengharapkan.sebab petani akan tetap mengharapkan turunnya hujan,jika tak ada hujan bagaimana tanaman petani dapat tumbuh,sumur warga juga akan kering.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar